14 September 2020

What I Do, What I See, and What I Feel In Pandemi Covid-19 Era

    Di Awal tahun 2020 ini semuanya masih terasa baik-baik saja dan saya pun baru saja memulai bekerja di perusahaan baru. Setelah akhirnya setahun sebelumnya saya memutuskan untuk resign dari kantor yang telah 3 tahun menjadi tempat saya bergelut namun, terpaksa saya tinggalkan akibat kuliah saya yang begitu ketat. Di dalam setahun terakhir sebelum saya memutuskan bekerja kembali banyak perdebatan didalam hati saya, haruskah saya kembali bekerja atau tidak. Ketika keputusan telah saya ambil pun ternyata begitu sulit untuk mendapatkan kembali pekerjaan dengan gaji yang sama. Akhirnya saya pun mendapatkan rejeki saya dengan cara yang tak saya bayangkan dan prosesnya cukup panjang hingga akhirnya saya berjodoh bekerja disana. Di masa-masa awal pandemi Covid-19 saya sudah mulai merasakan yang namanya kecemasan. Saya telah menyarankan beberapa teman dekat saya untuk bersiaga dan mawas diri agar dirumah saja. Dikarenakan saat itu Negara Indonesia masih dianggap sebagai negara yang masih belum memiliki korban atas virus ini. Namun saya yakin di dalam pikiran saya bahwa setidaknya pasti ada 1-2 yang telah terkena virus ini di dalam setiap gerombolan. tetapi, mereka masih belum mengetahuinya. Sangat disayangkan saran saya tersebut dibantah dan diolok-olok oleh salah satu teman saya yang masih terus teringat oleh saya hingga saat ini. Dia mengatakan bahwa saya tidak perlu secemas itu, toh virus ini tidak berada di sekeliling saya dan belum ada bukti konkrit bahwa virus ini dapat masuk ke Indonesia. Mendengar hal itu jujur saya saat itu sangat bersedih dan sedikit kesal. Karena kepedulian saya terhadap mereka justru dianggap hal yang remeh temeh. Semenjak saat itu hubungan saya dengan orang tersebut agak me-renggang dan kita jadi tidak bertemu lagi akibat wabah ini. akhirnya virus ini pun mulai meluas di Indonesia. Awal-Awal adanya Covid-19 di Indonesia, Jakarta menerapkan system PSBB (Pembatasan social berskala besar). Tentunya hal itu membuat kepanikan di kalangan para pekerja dan pebisnis di Jakarta, seluruh perkantoran di Jakarta dilarang untuk beroperasi. Jelas tentunya masih tetap akan ada perusahaan-perusahaan yang membandel dan tetap beroperasi secara diam-diam. Tapi hal itu berbanding terbalik dengan perusahaan tempat saya bekerja. Di tempat baru saya ini, puji tuhan mereka sangat peduli dengan para karyawannya. Mereka menetapkan protocol WFH (Work From Home) sejak awal pandemi hingga hari ini secara tertib dan teratur. Dimana kita memiliki pembagian shift dengan aturan seorang karyawan memiliki jadwal 2x dalam seminggu serta setengah hari di hari jumatnya. Jadwal tersebut telah disusun dan di infokan setiap minggu nya. Selain itu, system penggajian pun masih full dan tanpa ada pemotongan. Semua itu tanpa saya harapkan dan puji tuhan sekali saya mendapatkan semua itu tanpa terduga di tengah pandemi di mana orang-orang mendapatkan pemecatan atau pemotongan gaji. Selain itu perusahaan saya pun sangat pengertian dengan memberikan fasilitas pengecekan tes Covid-19 yang awalnya menggunakan rapid tes sekarang beralih ke Swab Tes. Dan Puji tuhannya lagi dari semua pengecekan tes tersebut hasil yang saya dapat adalah negative. Namun di samping hal bahagia pasti ada duka, beberapa para pekerja di perusahaan saya pun ada yang positif terkena Covid-19. Mau tidak mau perusahaan kembali merugi untuk kebaikan bersama yakni bekerja dari rumah selama hampir 1 bulan. Sebagai pekerja yang baik saya membiasakan diri untuk disiplin bekerja dari rumah dan menyelesaikan schedule laporan saya. Di sisi lain saya pun menahan diri untuk tidak selalu ke mall hanya untuk membeli makanan atau barang-barang yang biasanya saya beli. Namun di zaman yang sudah canggih ini saya justru memanfaatkan pembelian melalui online. Hal itu justru membantu saya mendapatkan barang dengan harga yang jauh lebih murah dan tentunya irit ongkos. Entah sampai kapan virus ini akan merebak di Jakarta, namun perlu kita tahu bahwa masyarakat pun seharusnya dapat membantu pemerintah untuk membuat virus ini segera menghilang. caranya hanya dengan mengurangi aktivitas diluar rumah, memakai masker ketika keluar rumah dan rajin mencuci tangan. Namun seperti nya hal itu sangat sulit dilakukan oleh kita warga Jakarta. Penerapan New normal pun saya rasa adalah keputusan yang sangat disayangkan untuk diambil, padahal angka korban Covid-19 belum juga membaik. Saya harap Indonesia dapat pulih lebih cepat lagi.

 

No comments:

Post a Comment